Minggu, 13 November 2011

PETERNAKAN SAPI


PETERNAKAN SAPI 

        Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXWUbOxudbXk6r7CdH3w47dIKV0mAORZSTsLcp2tcG773aAOYw_0h8npI6y6sEHX2fVZTSeX2PNalrSOZhReVFu5gByZlEYlPSlCaV7dSz1CD0AxF8VNUCjXNXu-NqA3cfJ2tCdFTwvTkV/s1600/ternak+sapi.jpegKandang sapi tunggal
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).


A.    PEMANFAATAN KOTORAN SAPI
Pupuk kandang yang dimaksudkan adalah kotoran ternak yang sudah terfermentasi dengan baik. Kotoran sapi perah segar yang baru saja disiram dari kandang, masih harus diperam dulu hingga siap untuk menyuburkan lahan pertanian. Kalau kotoran sapi yang baru saja diambil dari kandang itu langsung diaplikasikan ke lahan, tanaman akan mati. Sebab N dalam kotoran ternak tersebut masih sangat tinggi hingga akan melayukan tanaman. Selain itu, kotoran tersebut dalam proses fermentasinya akan mengeluarkan gas methan dan amonia yang juga bisa meracuni akar tanaman. Panas dari proses fermentasi itu pun juga  akan menimbulkan panas yang langsung berdampak ke rusaknya parakaran. Karenanya, kotoran sapi perah yang disiram dari kandang idealnya ditampung terlebih dahulu dalam sebuah bak penampungan. Apabila bak tersebut dibuat tertutup, maka gas methan (biogas) yang dihasilkannya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun dubanding dengan nilai investasinya, nilai ekonomis dari gas tersebut relatif tidak sebanding. Hingga bak penampungan tersebut bisa dibangun secara terbuka. Untuk mempercepat proses fermentasi serta guna menghindarkan polusi bau, maka ke dalam bak penampungan tersebut perlu ditambahkan biang bakteri. Misalnya EM4 atau merk lain. Tanpa bantuan bakteri, proses pemasakan pupuk akan berlangsung selama lebih dari sebulan dengan polusi bau yang luarbiasa. Dengan bantuan bakteri, proses tersebut bisa dipersingkat menjadi paling lama 1 minggu dan tanpa adanya polusi bau.
Limbah peternakan sapi perah sangat spesifik. Beda dengan limbah kotoran sapi pedaging atau domba. Sebab kandang sapi perah rata-rata berlantai semen dan cara pembersihannya dilakukan harian dengan cara menyiram. Karenanya. limbah peternakan sapi perah berupa kotoran yang larut dalam air. Dalam larutan bahan pupuk tersebut, terkandung pula urine sapi yang kadan Nnya sangat tinggi. Karenanya pemeraman kotoran sapi perah harus dengan menyertakan airnya. Beda dengan fermentasi kotoran sapi pedaging atau domba yang bisa dilakukan hanya dengan kotoran padatnya. Sebab urine sapi pedaging serta domba, masih tersimpan dalam jerami atau rumput kering yang biasanya dijadilan alas kandang. Karena pemeraman limbang sapi perah dengan menyertakan airnya, maka pemanfaatannya untuk tanaman pun idealnya juga dengan menyertakan airnya. Cara paling prkatis yang bisa dilakukan adalah dengan menyedot limbah cair tersebut dari bak penapungan menggunakan mobil tangki. Selanjutnya kotoran yang telah terfermentasi dengan baik itu langsung disiramkan ke lahan yang akan ditanami jagung manis. Karena dosis normal 5 ton per hektar dan untuk lahan kritis 20 ton tersebut adalah pupuk padat, maka pada penggunaan pupuk organik cair ini dosisnya dilipatkan. Kalau diperkirakan bagian padatnya hanya 25 %, maka dosis tersebut dikalikan empat dari dosis normal. Kalau bahan padatnya sekitar 50 % maka cukup dikalikan dua. Pemberian pupuk ini sebaiknya dilakukan pada saat lahan belum dibajak. Selanjutnya, pemberian pupuk pada saat areal sudah ditanami, dilakukan dengan   menampung pupuk dalam drum-drum yang ditaruh di pinggir jalan di dekat areal jagung manis. Selanjutnya penyiraman ke masing-masing individu tanaman dilakukan sebara manual. Pada pemupukan tahap kedua ini, bisa sekaligus dicampurkan (dilarutkan NPK) dengan dosis 1 atau 2 kuintal per hektar.

B.     PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN SAPI
            Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.

PROSES
          Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi 80-83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi, dll) 5%, bahan pemacu mikroorganisme 0,25%, abu sekam 10%, kalsit/kapur 2%, dan boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25%.
Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung.
Proses pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (feses dan urin) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ±60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat Celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.
Selanjutnya setelah seminggu di lokasi 2 dilakukan kembali pembalikan untuk dipindahkan ke lokasi 3 dan dibiarkan selama satu minggu, dan setelah satu minggu di lokasi 3 kemudian dilakukan pembalikan untuk dibawa ke lokasi 4. Pada tempat ini kompos telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau. Kemudian pupuk diayak/disaring untuk mendapatkan bentuk yang seragam serta memisahkan dari bahan yang tidak diharapkan (misalnya batu, potongan kayu, rafia, dll) sehingga kompos yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Selanjutnya pupuk organik kompos siap diaplikasikan sebagai pupuk organik berkualitas pengganti pupuk kimia.

MANFAAT
         
Manfaat dari penggunaan pupuk kompos pada lahan pertanian adalah mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (non organik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. Selain itu manfaat yang lain adalah dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan olah tanaman, disamping itu juga dapat menghasilkan unsur hara mikro yang lain seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Sedangkan manfaat khusus bagi peternak, yaitu bahwa pola pemeliharaan ternak (usaha budidaya) menjadi lebih sehingga pengelolaan ternak untuk tujuan produksi dan reproduksi akan lebih optimal.

JENIS SAPI


Jenis-jenis Sapi
(Sapi
 PO, Limousin, Bali, Brahman, Simmental, BX, dsb)

1. Sapi LIMOUSIN (Diamond Limousine)
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-limousin1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-limousin2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-limousin3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-limousin4.jpg
Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine (termasuk Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental.

Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur.

Sapi jenis limousin ini merupakan salah satu yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya.
Sapi lainnya yang juga merajai pasar-pasar sapi adalah Sapi PO dan Sapi Bali.
Sapi jenis limousin ini SUDAH diternakkan di DOMPI.
2. Sapi PO (Peranakan Ongole)
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-po-peranakan-ongole1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-po-peranakan-ongole4.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-po-peranakan-ongole3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-po-peranakan-ongole2.jpg
Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih.
Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO).

Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg.

Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg.

Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir.

Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik.

Keunggulan sapi PO ini antara lain : Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; Prosentase karkas dan kualitas daging baik.

Sapi PO ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona utama, relatif paling banyak dicari di pasaran.
3. Sapi BALI
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bali1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bali3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bali2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bali4.jpg
Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil penjinakan (domestikasi) banteng liar yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali, sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi Bali.

Sebagai "mantan" keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk persis seperti banteng. Kaki sapi Bali jantan dan betina berwarna putih dan terdapat telau, yaitu bulu putih di bagian pantat dan bulu hitam di sepanjang punggungnya.
Sapi Bali tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam.

Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk dan berbulu warna merah bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan dengan sapi Bali jantan, sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat badannya sekitar 250 hingga 350 kg.

Sewaktu lahir, baik sapi Bali jantan maupun betina berwarna merah bata. Setelah dewasa, warna bulu sapi Bali jantan berubah menjadi hitam karena pengaruh hormon testosteron. Karena itu, bila sapi Bali jantan dikebiri, warna bulunya yang hitam akan berubah menjadi merah bata.

Keunggulan sapi Bali ini antara lain : Daya tahan terhadap panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik walau pun dengan pakan yang jelek; Prosentase karkas tinggi dan kualitas daging baik; Reproduksi dapat beranak setiap tahun.
Sapi Bali ini SUDAH diternakkan di DOMPI, dan menjadi salah satu primadona, karena digemari masyarakat.
4. Sapi BRAHMAN
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brahman1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brahman2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brahman3.jpgSapi Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal dari India kemudian masuk ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1849 dan berkembang pesat disana. Di Amerika Serikat, sapi Brahman ini dikembangkan, diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1974. http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brahman4.jpg

Sapi Brahman relatif tahan terhadap penyakit dan mempunyai variasi wana kulit yang beragam dari yang berwarna putih, coklat sampai yang kehitaman, Brahman memiliki kualitas karkas yang bagus.

Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan.

Persentase karkasnya 45-50%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas. Sapi jenis ini belum diternakkan di DOMPI.
5. Sapi BX (Brahman cross)
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bx-brahman-cross1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bx-brahman-cross3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bx-brahman-cross2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-bx-brahman-cross4.jpg
Sapi BX (Brahman Cross), adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan sapi Brahmanyang dikembangkan di Amerika dan Australia dan disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi LimousinHasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi.

Model yang diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan ternak sapi yang memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau.

Oleh karena itu, sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.

Warna kulit sapi ini sangat bervariasi antara lain putih abu-abu, hitam, coklat, merah, kuning, bahkan loreng seperti harimau. Pasar tradisional tertentu masih ada yang "fanatik" dengan warna kulit, sehingga dengan banyaknya variasi warna kulit sapi ini bisa memenuhi selera tiap-tiap pasar yang cenderung masih spesifik.

Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia pada tahun 1973. Pada tahun 1975, sapi Brahman cross didatangkan ke pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi Ongole di pulau Sumba. Importasi Brahman cross dari Australia untuk UPT perbibitan (BPTU Sumbawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan pencapaian swasembada daging sapi.

Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan kandang yang sesuai dan pakan yang berkualitas serta iklim yang menunjang, sapi ini sangat bagus pertumbuhannya. Average Daily Gain (ADG) Brahman Cross berkisar antara 1,0 - 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal terutama PO (Peranakan Ongole) yang ADG nya hanya berkisar 0,4 - 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih menguntungkan untuk fattening (penggemukan).

Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung kondisi sapi saat timbang hidup dan performance tiap individunya. Pemeliharaan ideal untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina, sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat dan akan terjadi perlemakan dalam daging (marbling) yang hal ini di pasar lokal (RPH) tradisional kurang disukai oleh customer.

Dari berbagai keunggulan tersebut di atas, dewasa ini di Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat dan Sumatera banyak bermunculan Feedlot yang secara intensif menggemukan sapi Jenis Brahman Cross ini. Sapi jenis ini belum diternakkan di DOMPI.
6. Sapi SIMMENTAL (METAL)
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-simmental1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-simmental2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-simmental3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-simmental4.jpg
Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi Brahman.

Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.

Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. Sapi jenis ini SUDAH diternakkan di DOMPI.
7. Sapi MADURA
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-madura1.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-madura2.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-madura3.jpg
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-madura4.jpg
Sapi Madura adalah salah satu sapi potong lokal yang asli Indonesia, pada awalnya banyak didapatkan di Pulau Madura, namun sekarang sudah menyebar ke seluruh Jawa Timur.

Sapi Madura pada mulanya terbentuk dari persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu, yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.

Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba

Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura adalah : Jantan maupun betinanya sama-sama berwarna merah bata; Paha belakang berwarna putih; Kaki depan berwarna merah muda; Tanduk pendek beragam, pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm; Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.

Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dipelihara; Mudah berbiak dimana saja; Tahan terhadap berbagai penyakit; Tahan terhadap pakan kualitas rendah. Dengan keunggulan tersebut, Sapi Madura banyak diminati oleh para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain.

Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura, bukan hanya mempunyai tempat khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa pengaruh terhadap tradisi budaya yang memberikan efek positip terhadap kelestarian Sapi Madura ini. Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai "Sapi Kerapan" yang menjadi salah satu aset pariwisata penting di Pulau Madura. Sapi jenis ini belum diternakkan di DOMPI.
8. Sapi BRANGUS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brangus1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-brangus2.jpg
Sapi Brangus ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden Angus.
Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).

Ciri-ciri sapi Brangus antara lain warna hitam, leher dan telinga pendek, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh, komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman.

Keunggulan sapi Brangus antara lain tubuh besar dan kompak, pertumbuhannya cepat, berat badan dewasa di atas 900 kg, tahan terhadap iklim tropis dan pakannya sederhana. Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
9. Sapi ABERDEEN ANGUS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-aberdeen-angus1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-aberdeen-angus2.jpg
Sapi Aberdeen Angus ini masuk di Indonesia melalui Selandia Baru, tapi awal mulanya berasal dari Skotlandia.

Ciri-ciri sapi Aberdeen Angus antara lain warna hitam, leher dan telinga pendek, penuh bulu, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh.

Keunggulan sapi Aberdeen Angus antara lain tubuh besar dan kompak, pertumbuhannya badan cepat, berat badan dewasa di atas 900 kg, tahan terhadap iklim dan pakan tropis. Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
10. Sapi ANGUS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-angus1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-angus2.jpg
Sapi Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman.

Sapi Angus ini masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru.

Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya.
Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
11. Sapi SANTA GERTRUDIS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-santa-gertrudis1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-santa-gertrudis2.jpg
Sapi Santa Gertrudis ini adalah hasil persilangan antara pejantan Brahman dan betina shorthorn yang di kembangkan pertama kali di King Ranch Texas Amerika serikat tahun 1943.

Sapi Santa Gertrudis ini masuk Indonesia mulai tahun 1973, bobot jantan dewasa di atas 900 kg dan betina di atas 725 kg. Sapi ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
12. Sapi DROUGHMASTER
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-droughmaster1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-droughmaster2.jpg
Sapi Droughmaster merupakan persilangan antara betina Brahman dan pejantan Shorthorn, dikembangkan di Australia dan jarang sekali kita jumpai di Indonesia.

Sapi Droughmaster ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
13. Sapi SHORTHORN
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-shorthorn1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-shorthorn2.jpg
Sapi Shorthorm ini dikembangkan di negara Inggris bagian utara. Bobot jantan dewasa di atas 1100 kg sedangkan bobot betina di atas 850 kg.

Sapi Shorthorm berwarna merah coklat tua, putih, merah coklat tua dan putih. Mempunyai bentuk puting susu yang baik dan produksi susunya pun baik. Anaknya kecil, namun akan tumbuh dengan cepat besar. Kualitas dagingnya baik.

Sapi ini sebenarnya sebagai sapi perah. Di eksport dari Inggris ke Amerika pertama kali pada tahun 1780. Disebut juga sebagai sapi jenis DURHAM. Sapi jenis ini tidak diternakkandi DOMPI.
14. Sapi BEEFMASTER
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-beef-master1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-beef-master2.jpg
Sapi Beefmaster merupakan persilangan antara sapi Brahman, sapi Hereford, dan sapi Shorthorn yang dikembangkan pertama kali oleh Mr. Lasater.

Kombinasi antara ketiga sapi tersebut menghasilkan sapi yang superior. Sapi Beer Master ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
15. Sapi RED ANGUS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-red-angus1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-red-angus2.jpg
Sapi Red Angus tidak bertanduk, sangat mudah berkembang biak, dan cepat dewasa. Kualitas dagingnya sangat baik.

Sapi Red Angus merupakan hasil kawin silang antara sapi asli di Aberdeenshire (Inggris) dengan sapi asli dari Angus (Skotlandia). Pertama di eksport ke benua lain tahun 1873. Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
16. Sapi CHAROLAIS
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-charolais1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-charolais2.jpg
Sapi Charolais ini dikembangkan di negara Perancis, warna bulu perak dan merupakan jenis paling besar di negara tersebut, sapi ini jarang di jumpai di pasar-pasar tradisional.

Pertumbuhan badan sapi Charolais per hari mampu mencapai 1,3 kg (pada saat masa pertumbuhan). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.
17. Sapi FH (Friesian Holstein/Fries Holland)
http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-friesian1.jpg http://dompi.co.id/_dompi/_galeri/sapi-friesian2.jpg
Sapi Fresian (Fries) ini merupakan sapi penghasil susu paling utama di dunia. Sapi ini mempunyai produktivitas yang sangat baik.

Warna kulitnya hitam putih dengan batas jelas, ujung ekornya putih. Bila adat warna hitam di bawah tardus, tidak boleh dipotong sampai atas. Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.